7 Sistem Irigasi di Indonesia
www.dasninternational.org – 7 Sistem Irigasi di Indonesia. Ada banyak sistem irigasi sawah di dunia. Tetapi, hanya sedikit sistem irigasi yang telah diadopsi di Indonesia.
Inilah 7 sistem irigasi yang diterapkan di Indonesia:
- Irigasi Permukaan/ Irigasi Banjir
Irigasi permukaan adalah teknik irigasi yang mendistribusikan air ke lahan pertanian secara gravitasi (memungkinkan air mengalir di permukaan lahan pertanian). Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan di dunia. Irigasi permukaan yang cenderung tidak terkendali biasa disebut irigasi banjir atau irigasi cekungan, yaitu menyuntikkan kelebihan air setelah lahan pertanian terendam hingga ketinggian tertentu. Irigasi permukaan yang dikelola dengan baik biasanya dicapai dengan mengalirkan air di antara selokan atau batas.
Jenis irigasi permukaan:
- Irigasi Basin/Cekungan dilakukan dengan cara menenggelamkan sebidang tanah dan menjadikan drainase di dataran tinggi sebagai sumber air untuk dataran rendah. Irigasi cekungan tidak selalu membutuhkan drainase, tetapi membuat air terserap ke dalam tanah atau menguap ke udara, hal ini disebut “cekungan tertutup”. Pada daerah yang permeabilitasnya rendah, irigasi pot lebih diutamakan karena membutuhkan waktu yang lama agar air meresap ke dalam tanah sehingga menyebabkan tanah terendam dalam waktu yang lama.
- Irigasi surge irrigation/perpindahan air dilakukan dengan cara menyuplai air secara teratur kemudian menghentikan penyediaan air, sehingga tanah mengalami siklus kering-basah, yang dapat menurunkan laju infiltrasi tanah dan membuat keseragaman kondisi tanah. Alasan penurunan permeabilitas adalah konsolidasi partikel, pori-pori dan celah mikro di dalam tanah yang diisi dengan air, dan ketika partikel tanah yang besar pecah karena munculnya kelembaban secara tiba-tiba dalam kondisi kering, mereka tertutup secara seragam. Partikel tanah yang menyusut mengecilkan rongga di dalam tanah saat tanah mengering, sehingga siklus terus berlanjut. Cara pengairan ini hanya cocok untuk tanah remah roti dan tidak dapat dilakukan di atas tanah liat, karena walaupun dalam kondisi basah tanah liat akan cepat menutup pori-porinya.
Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia. Tekniknya mengambil air dari sumber, seringnya sungai, dengan membangun bendungan atau pengambilan bebas. Air selanjutnya disalurkan ke lahan pertanian dengan jalur pipa atau selang memanfaatkan gaya gravitasi atas ke bawah, sehingga tanah yang lebih atas akan pertama mendapat suplai air. Pendistribusian air tersebut terjadi secara teratur dengan jadwal dan volume yang telah ditentukan.
- Irigasi Tradisional Ember
Pengairan ini dilakukan secara manual, bahkan bagi petani yang mengairi lahan dengan ember atau ember. Mereka menggunakan ember atau ember untuk mengangkut air dari sumber air, dan kemudian menyirami ladang mereka secara manual. Seperti yang bisa Anda bayangkan, jenis efek ini kurang baik karena menghabiskan banyak energi dan membutuhkan waktu lama. Namun, jenis ini masih menjadi pilihan sebagian petani, terutama petani di pedesaan, yang tidak memiliki cukup dana untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.
Baca Juga: Sejarah Perkembangan ‘Pertanian Indonesia’
- Irigasi Sprinkler/Penyemprotan
Dibandingkan dengan dua sistem irigasi sebelumnya, jenis irigasi ini terbilang lebih modern karena baru dikembangkan. Caranya adalah dengan menggunakan pipa untuk mengalirkan air dari sumber ke daerah sasaran. Pada lahan target, ujung pipa terhalang oleh tekanan khusus dari alat pengangkat, sehingga air mengalir seperti air hujan ke bagian atas tanaman terlebih dahulu, kemudian ke dasar tanaman, dan kemudian ke tanah.
Pada sistem irigasi biasa, ‘lima puluh/persen’ air irigasi digunakan untuk tanaman, dan sisanya disia-siakan. Dibandingkan dengan metode irigasi, penggunaan sistem irigasi sprinkler dapat menghemat air hingga 50%. Air merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas tanaman. Irigasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tanaman. Salah satu metode irigasi modern adalah dengan menggunakan sistem irigasi sprinkler. Metode ini populer di semua negara maju di dunia.
Sistem irigasi sprinkler ini pada dasarnya menggunakan air bertekanan dan mengalirkannya melalui alat yang disebut sprinkler. Alat penyiram biasanya terletak di pipa yang disebut pipa samping. Air tersebut disemprotkan ke udara dan kemudian dijatuhkan ke tanah untuk menyirami tanaman di sekitarnya.
Irigasi lokal menggunakan pipa atau pipa yang dipasang di area tertentu untuk mendistribusikan air, sehingga air hanya akan mengalir di area tersebut. Seperti irigasi permukaan, irigasi lokal juga menggunakan prinsip gravitasi agar tanah yang lebih tinggi mendapat air lebih dulu.
Beberapa aksesoris tambahan yang biasa digunakan dalam sistem irigasi sprinkler:
- 1. Peredam
- 2. Siku
- 3. Pasang tee steker
- 4. Regulator dan pengukur
- 5. Katup
- 6. Filter
Umumnya sistem irigasi sprinkler ini digunakan untuk tanah biasa dan tanah dangkal. Cocok juga untuk daerah berpasir dan berbatu, sehingga banyak digunakan di daerah perbukitan. Untuk penanaman di lapangan, cocok untuk semua jenis sawah / kebun, tetapi tidak untuk padi (sawah) dan jerami. Sangat cocok untuk kebun raya kering, sayuran, tanaman berbunga, kebun teh dan kopi serta perkebunan lainnya, dan sistem irigasi sprinkler ini dapat digunakan.
- Irigasi Lokal
Irigasi lokal menggunakan pipa atau pipa yang dipasang di suatu wilayah tertentu untuk melakukan distribusi air, sehingga air hanya akan mengalir di wilayah tersebut. Seperti irigasi permukaan, irigasi lokal juga menggunakan prinsip gravitasi agar tanah yang lebih tinggi mendapat air lebih dulu.
Kebijakan pengelolaan irigasi saat ini membagi kewenangan pengelolaan irigasi menurut tingkat pemerintahan. Namun demikian, perubahan model kekuasaan dan keterkaitan antar berbagai tingkat pemerintahan belum dibarengi dengan penyatuan penyiapan sistem irigasi oleh pemerintah di semua tingkatan.
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Jurusan Pertanian dan Teknik Biosistem. STP. Murtiningrum, M.Eng. Ditunjukkan bahwa masalah sistem irigasi menjadi semakin kompleks, dan orang-orang di bidang irigasi menggunakan lebih banyak air untuk berbagai manfaat. Selain berbagai manfaat, air juga membutuhkan arus informasi yang lebih cepat. Di sisi lain, perubahan iklim global mempengaruhi pasokan air.
“Karena berbagai perubahan, maka prosedur operasi dan pemeliharaan (OP) pada saat itu tidak sesuai. Ia mengatakan prosedur yang ada tidak mendukung efektivitas pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan sehingga sulit untuk dilaksanakan.
Menurutnya, tata kelola sistem irigasi merupakan bagian dari tata kelola tapak. Dasar hukum pengelolaan irigasi harus diperhatikan dalam merumuskan model pengelolaan irigasi. Selain itu juga harus memperhatikan kondisi lokal seperti alam, sosial budaya, kelembagaan dan sumber daya manusia.
Dalam rangka pengelolaan irigasi lapangan atau pengelolaan sehari-hari, perlu disusun tata cara pengelolaan daerah irigasi. Murtiningrum mengatakan prosedur pengelolaan kabupaten irigasi perlu dikemas ke dalam sistem informasi untuk mendukung pengambil keputusan di setiap tingkat pengelolaan.
Murtiningrum juga mulai mengembangkan Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yang berperan dalam membantu manajemen dalam menentukan keputusan O&M terbaik. Dukungan bagi pengambil keputusan irigasi lintas daerah / kota diberikan dalam bentuk database yang berisi informasi sejarah hidrologi dan tumbuhan serta model prediksi ketersediaan air yang dialirkan oleh sungai.
Selain itu, model neraca air digunakan untuk mendukung penentuan pola tanam dan model sebaran air. Sedangkan bahasa pemrogramannya menggunakan sistem database PHP dan MySQL.
Dia berkata: “DSS ini dibangun di Internet dan dapat diakses melalui telepon genggam.”
Murtiningrum mengatakan, sistem pendukung keputusan berdasarkan prosedur O&M saat ini telah berhasil diuji di Kecamatan Irigasi Cokrobedog dan Kabupaten Irigasi Mrican. Keduanya adalah daerah irigasi mid-span / perkotaan DIY.
Menurutnya, subsistem pengolahan data mengatur akses data pada DSS sesuai dengan level manajemen. Berdasarkan keluaran model, subsistem tanam berperan sebagai wadah diskusi para petani dan aparat. Selain itu, subsistem distribusi air memberikan masukan emisi yang harus mengalir dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan subsistem monitoring dan evaluasi memberikan nilai kerja berdasarkan level manajemen sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.
Baca Juga: 10 Negara dengan Pertumbuhan Ekonomi Tercepat di Dunia
- Irigasi Subak
Irigasi membutuhkan bendungan, kanal dan alat untuk mengalirkan air ke lapangan. Sistem Subak pengolahan data mengatur akses data pada DSS sesuai dengan level manajemen. Berdasarkan keluaran model, subsistem tanam berperan sebagai wadah diskusi para petani dan aparat. Selain itu, subsistem distribusi air memberikan masukan emisi yang harus mengalir dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan subsistem monitoring dan evaluasi memberikan nilai kerja berdasarkan level manajemen sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.
Kemudian di MT III kelompok pertama menanam tanaman dan kelompok kedua menanam padi. Demikian contoh praktek cara rotasi (dalam bahasa daerah disebut nugel bumbung).
Jika persawahan dibagi menjadi tiga kelompok maka semua kelompok mendapatkan air irigasi pada musim hujan, tetapi pada musim kemarau kelompok hulu (hulu sawah) berhak mendapatkan air terlebih dahulu baru pada musim tanam berikutnya. Ini dipindahkan ke kelompok tengah, dan akhirnya kelompok dipindahkan ke hilir.
Total ada sekitar 1.200 waduk di Bali, dan sekitar 50 hingga 400 petani mengelola pasokan air mereka dari satu sumber. Petani masih menanam padi tradisional Bali tanpa menggunakan pupuk atau pestisida, dan pemandangan di sana dianggap berkonotasi sakral.
Dalam jagat masyarakat Bali terdapat lima situs yang menampilkan komponen utama alam, agama, dan budaya yang saling berhubungan dengan sistem tradisional, sedangkan sistem subak masih berfungsi penuh.
Objek wisata ini adalah Pura Air Tertinggi Pura Ulun Danu Batur di tepi Danau Batur Danau Kawah dianggap sebagai tempat kelahiran setiap mata air dan sungai. Lalu ada lansekap Subak di Wilayah Sungai Pakarisang yang merupakan sistem irigasi tertua di Bali.
Ada juga lanskap Catur Angga Batukaru dengan teras yang disebutkan dalam prasasti abad ke-10, menjadikannya salah satu bangunan tertua di Bali dan model arsitektur pura klasik Bali. Berikutnya adalah Pura Air Pura Taman Ayun yang terbesar dan memiliki bentuk arsitektur yang unik.
Properti ini sepenuhnya berisi atribut utama dari sistem Subak dan dampaknya yang besar pada lanskap Bali. Proses pembentukan bentuk pertanian beririgasi berjenjang yang dikelola dengan sistem Subak telah berlangsung selama ribuan tahun.
Area pertanian diusahakan oleh masyarakat lokal secara berkelanjutan, dan penyediaan airnya dikelola secara demokratis. Tidak diragukan lagi, UNESCO sendiri telah mendaftarkan Subak sebagai warisan budaya dunia.
- Irigasi Pompa Air
Jenis irigasi ini menggunakan tenaga mekanik untuk mengalirkan berbagai jenis air dari sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian melalui pipa atau saluran. Jika jenis sumber air ini dapat diandalkan, artinya sumber air tidak akan berkurang pada musim kemarau, maka jenis irigasi ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau.
Cara kerja pompa air pertanian sebenarnya sangat sederhana. Pompa air biasanya memompa air dari daerah yang lebih rendah berupa sumur atau air tanah, kemudian menyedotnya untuk dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi, atau di persawahan atau lokasi tertentu. Di pasaran, pompa air pertanian yang tersedia cenderung mengadopsi sistem otomatis. Oleh karena itu, terdapat banyak sensor khusus pada pipa atau saluran air tertentu yang memungkinkan pompa air pertanian dapat hidup dan mati secara otomatis sesuai kebutuhan.
Saat pompa air pertanian dihidupkan, bagian dalam pompa akan berputar untuk menimbulkan perbedaan tekanan. Ini akan memungkinkan air diambil di tempat yang dibutuhkan, dalam hal ini lahan pertanian. Saat mesin pompa air pertanian dinyalakan, rotor dan baling-baling juga cenderung berputar aktif. Gerakan rotasi biasanya dibatasi oleh sebuah cincin yang memungkinkan air yang terhisap segera bergerak ke daerah tujuan.
Jenis pompa air yang bisa digunakan:
- Pompa air sentrifugal: Pompa air jenis ini biasanya digunakan di industri, pabrik atau daerah pertanian yang luas, dimana sumber air sangat sulit. Pompa memiliki daya hisap dan daya dorong yang lebih besar, sehingga dapat menyuplai air lebih cepat. Karena kapasitasnya yang besar maka daya yang dibutuhkan agar pompa sentrifugal bekerja juga besar. Biasanya, dibutuhkan mesin diesel untuk menggerakkan pompa air jenis ini.
- Pompa air irigasi: Pompa jenis ini biasanya digunakan di daerah pertanian yang tanahnya dekat dengan sumber air. Fungsi utamanya adalah menumbuhkan air menjadi lahan pertanian. Pompa ini memiliki hisapan kecil sekitar 8m dan daya dorong maksimum 32m, dengan aliran maksimum 1100 (L / menit). Petani sering menggunakan pompa jenis ini karena mudah dalam pengoperasiannya dan bisa dilakukan dengan cara dipindahkan.
- Irigasi Pasang-Surut
Sistem irigasi pasang surut merupakan sistem irigasi yang memanfaatkan momen pasang surut untuk mengisi (bendungan) menjadi air tawar. Daerah di mana jenis rencana irigasi ini dapat digunakan adalah daerah yang terkena dampak langsung oleh kejadian pasang surut. Ambil contoh wilayah Kalimantan, luasnya bisa mencapai 30-50 kilometer di sepanjang pantai dan 10-15 kilometer ke pedalaman. Banyaknya air tawar di sungai akan menekan dan mencuci kandungan sulfat di dalam tanah dan dibuang saat air surut.
Areal rawa pasang surut telah menentukan potensi pengembangan pertaniannya, seluas 9,5 juta hektar (Noor, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat banyak kendala di lapangan, namun masih terdapat potensi pengembangan di kawasan rawa pasang surut. Daerah tersebut tergenang air dangkal pada musim penghujan, yang disebabkan terhambatnya drainase akibat naiknya muka air di bagian hilir. Proses air surut dapat terjadi pada saat air surut, dan pada saat air surut dapat dilakukan irigasi pasang surut
Kegiatan pembangunan rawa sendiri memiliki kendala dalam pelaksanaannya. Ada beberapa aspek yang menghambat perkembangan rawa, antara lain aspek air (tata air, banjir, kekeringan, pH, salinitas, dll), aspek tanah (pirit, gambut, rawan gulma, kurang gizi, dll), budaya masyarakat, ekonomi (kawasan pemukiman, pasar, penyewa, transportasi, dana terbatas, isolasi, dll.) dan lingkungan.
Aspek air dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
- Tata Air> Pengelolaan pasokan air berbeda dengan lahan pertanian di daerah dataran tinggi yang mudah untuk menyesuaikan sistem pasokan air secara gravitasi, Di daerah rawa, sistem pasokan air bergantung pada tinggi pasang surut. Biasanya hanya mengandalkan perbedaan antara muka air pasang dan surut untuk mengairi daerah rawa yang biasanya relatif datar.
- Banjir Pada musim penghujan, karena topografi rawa yang relatif datar dan elevasi daratan biasanya lebih rendah dari muka air sungai, kelebihan air tidak dapat dibuang sehingga sulit untuk membuang kelebihan air terutama air. saat permukaan laut naik.
- Kekeringan kekeringan terjadi di rawa pasang surut tipe C dan tipe D. Semakin jauh dari sungai, semakin besar kemungkinan terjadinya kekeringan. Adanya saluran kegiatan tanpa perencanaan yang tepat dapat menyebabkan drainase yang berlebihan, mengakibatkan penurunan permukaan air tanah yang tidak terkendali.
- Nilai pH air di pD rawa biasanya sangat tinggi, dibawah 4,5, dan keasaman tinggi, sulit bagi lahan untuk berkembang menjadi lahan pertanian, terutama untuk budidaya padi. Pada musim kemarau, masyarakat di daerah rawa sulit mendapatkan air bersih karena air dalam kondisi asam tidak layak untuk minum.
- Rawa-rawa asin yang terdapat pada topografi hidrologi tipe A biasanya dekat dengan sungai atau lautan, dan kawasan ini cocok untuk dikembangkan menjadi perkebunan padi. Namun pada musim kemarau, intrusi air laut akan mempengaruhi sumber air di wilayah tersebut. Pada musim kemarau, aliran air rawa beririgasi dari hulu sungai menjadi sangat kecil sehingga tidak dapat menahan dorongan pasang surut dan menyerbu.
Selain pembatasan dan kendala di atas, masih terdapat beberapa permasalahan dari segi lingkungan di daerah rawa yang berada di daerah marginal, dalam hal ini perubahan lingkungan yang cepat dapat menimbulkan permasalahan seperti hama, gulma dan penyakit manusia. Permasalahan lain yang berkaitan dengan penyediaan air bersih, pengoperasian dan pemeliharaan, serta jaringan irigasi / drainase (infrastruktur pengelolaan hidrolik) juga menjadi permasalahan di daerah rawa.
Hambatan dan keterbatasan yang disebutkan di atas, terutama yang berkaitan dengan teknologi, sebenarnya dapat diatasi dengan mengembangkan kawasan rawa sesuai tahapan perkembangan dan pengelolaan air yang baik. Pengelolaan air yang baik tidak hanya dapat dicapai dengan hanya mengandalkan permukaan laut untuk mengontrol permukaan air, tetapi juga perlu membangun struktur kontrol, seperti pintu air. Artinya memiliki pengelolaan air yang baik agar diperoleh pengelolaan air yang baik di daerah rawa sebagai lahan pertanian.
Semua jenis irigasi cocok untuk semua jenis tanah di Indonesia, sesuaikan saja dengan kondisi lingkungan dan bahan yang tersedia di sekitar Anda. Tambahkan kesegaran pada tanaman melalui sistem irigasi yang tepat!