Apa Itu Terapi Reminiscence Pada Demensia?

Apa Itu Terapi Reminiscence Pada Demensia? – Terapi Reminiscence adalah salah satu bentuk pengobatan demensia. Dalam terapi ini, pasien diinstruksikan untuk mengingat kembali pengalaman masa lalunya menggunakan foto, video, musik, atau media lainnya. Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi pada pasien lanjut usia dan merupakan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Perawatan obat demensia masih memainkan peran yang sangat terbatas, sehingga perawatan non-medis secara bertahap mendapat banyak perhatian. Terapi Reminiscence merupakan salah satu metode non-farmakologis yang dapat digunakan dalam pengobatan demensia.

Apa Itu Terapi Reminiscence Pada Demensia?

dasninternational – Menurut situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demensia adalah sindrom kemunduran fisik otak yang dapat memengaruhi emosi, ingatan, perilaku, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Orang sering menyebut kondisi ini pikun. Kepikunan seringkali dipandang sebagai hal yang wajar dialami oleh orang lanjut usia, sehingga penyakit ini seringkali luput dari perhatian.

Namun menurut data dari Alzheimer’s Disease International dan WHO, lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia menderita demensia dan hampir 10 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya. Dari sekian banyak kasus, penyakit Alzheimer menyumbang 60-70% kasus.

Teknik Terapi Reminiscence

Dalam terapi kenang-kenangan, pengalaman dan ingatan kehidupan masa lalu diambil menggunakan alat seperti foto, suara, musik, ingatan, dan video. Terapi Reminiscence dapat dilakukan sendiri atau berkelompok, biasanya selama 6-12 minggu (1-2 kali seminggu) dan durasinya 30-60 menit per sesi perawatan. Terapi Reminiscence dapat dilakukan dalam keadaan darurat, di panti jompo, atau di rumah sakit jangka panjang.

Baca Juga : Terapi Untuk Penderita Demensia: Apa Artinya, Bagaimana, Dan Di Mana Mendapatkannya

Terapi Reminiscence dapat digunakan dalam penatalaksanaan demensia sebagai terapi untuk kondisi spontan, sebagai bagian dari perawatan lain (misalnya, terapi kognitif), atau sebagai terapi komprehensif yang berdiri sendiri. Terapi memori dalam situasi spontan adalah aktivitas alami yang terjadi secara spontan, tidak terstruktur, dan memicu memori.

Terapi Reminiscence sebagai bagian dari perawatan lain (misalnya, terapi kognitif) lebih kompleks. Dalam hal ini, pasien diminta untuk berbicara tentang pengalaman masa lalunya dan menghubungkannya dengan kondisinya saat ini atau mengingat kembali kemampuan pribadinya di masa lalu untuk mengubah harga diri yang disfungsional. Terapi Reminiscence sebagai terapi total berfokus pada ingatan pengalaman hidup masa lalu dan introspeksi untuk memperjelas identitas diri dan makna hidup.

Keuntungan Dan Kerugian Dari Terapi Reminiscence

Terapi memori untuk pasien demensia telah dilaporkan mengurangi gejala depresi, meningkatkan perasaan kesepian, dan meningkatkan perasaan sejahtera dan kepuasan hidup. Terapi kenang-kenangan juga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan fungsi sosial penderita, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup. Namun, mengingat kembali pengalaman dan kenangan hidup yang positif terkadang merupakan cara pasien untuk keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu, mengingat pengalaman dan kenangan buruk dapat memicu gejala depresi dan memperburuk gangguan suasana hati.

Efektivitas Terapi Reminiscence Pada Demensia

Suatu tinjauan lain terkait pengaruh terapi Reminiscence untuk demensia menjelaskan bahwa penelitian-penelitian yg terdapat tentang terapi Reminiscence masih mempunyai aneka macam kelemahan, misalnya skala penelitian yg mini, metodologi penelitian yg lemah, partisipan yang heterogen, & evaluasi pascaterapi yg subjektif. Menurut studi ini, rekomendasi buat menerapkan terapi Reminiscence secara universal belum bisa diberikan meskipun terapi Reminiscence memang mempunyai efek positif.

Huang, pada tinjauannya melaporkan bahwa terapi Reminiscence menaruh efek positif dalam penderita demensia meskipun efek tadi nisbi mini. Dalam studinya, terapi Reminiscence ditemukan lebih efektif buat memperbaiki tanda-tanda depresi dalam penderita demensia pada perawatan hospice apabila dibandingkan menggunakan penderita yg hayati pada komunitas terbuka. Studi lain jua meneliti kiprah terapi Reminiscence pada rapikan laksana demensia dalam pasien pada panti jompo pada Taiwan. Meskipun partisipan pada studi ini tergolong sedikit, terapi Reminiscence dilaporkan mampu menaruh pemugaran terkait tanda-tanda depresi, komunikasi, & mood. Studi ini jua menekankan bahwa pemilihan topik & saat waktu reminiscence therapy sangat menghipnotis luaran.

Kesimpulan

Terapi Reminiscence merupakan galat satu terapi nonfarmakologis dalam demensia, yg melibatkan proses mengingat balik pengalaman hayati pasien pada masa kemudian menggunakan memakai indera bantu berupa foto, video, suara, atau musik.Reminiscence therapy dilaporkan mampu memperbaiki emosi, mood, dan fungsi kognitif penderita demensia. Namun, studi yg terdapat mengenai efektivitas reminiscence therapy pada rapikan laksana demensia masih mempunyai aneka macam keterbatasan, misalnya jumlah sampel yg mini & metodologi yg lemah. Studi lebih lanjut pada masa depan masih diharapkan buat memastikan apakah reminiscence therapy sahih berguna & mampu diterapkan secara universal buat pasien demensia.

Di Indonesia sendiri diperkirakan pada tahun 2013 terdapat sekitar satu juta penderita demensia. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi dua juta orang pada tahun 2030 dan empat juta orang pada tahun 2020, kata Dr. Astuti, Presiden Studi Neurobehavior PERDOSSI, bahwa demensia adalah suatu sindrom, merupakan payung dari berbagai jenis demensia. Yang paling umum adalah demensia Alzheimer, juga penyebab kematian keenam, terutama di luar Amerika Serikat.

Pelupa adalah gejala utama penyakit Alzheimer, tetapi pelupa belum tentu merupakan penyakit Alzheimer. “Demensia merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak dan paling sering terjadi pada usia tua. 60-80% menyebabkan gangguan kognitif, termasuk kepikunan, kecacatan dan kemunduran dalam hubungan sosial. Hal ini juga menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut.

“Olahraga teratur, olahraga aerobik yang cukup, menghindari tembakau dan alkohol, serta mengontrol faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol juga dapat mencegah kepikunan.” Tujuan Rencana Aksi Global untuk Kesehatan Masyarakat pada Demensia 2017-2025 adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, keluarga dan perawat serta mengurangi dampak terhadap lingkungan dan negara.